Monday, May 9, 2016

Memilih Perlengkapan Bayi Berupa Mainan yang Aman

Memilih Perlengkapan Bayi Berupa Mainan yang Aman

Sebelum Anda membeli perlengkapan bayi terutama mainan, pastikan bahwa semua mainan yang Anda pilih untuk bayi Anda harus memenuhi standar keamanan. Tips di bawah ini dapat membantu Anda menemukan mainan yang aman untuk si kecil. Setelah Anda membawa mainan bayi ke rumah, maka periksa kembali apakah ada bagian yang longgar atau rusak.

Hal yang harus diperhatikan:

Selalu ikuti rekomendasi usia dari semua produk sebagai identitas dari produk jual perlengkapan bayi. Beberapa mainan memiliki bagian-bagian kecil yang dapat menyebabkan tersedak, sehingga Anda jangan  mengindahkan semua peringatan pada kemasan mainan.Mainan harus cukup besar - setidaknya 1 ¼ "(3 cm) dengan diameter dan 2 ¼" (6 sentimeter) panjangnya - sehingga mereka tidak dapat tertelan atau membahayakan si kecil. Maka selain memperhatikan bentuk mainan, Anda juga harus mempertimbangkan keselamatan dari si kecil.

Untuk lebih amannya, hindari mainan berupa kelereng, koin, bola, dan permainan dengan bola yang memiliki ukuran 1,75 inci (4,4 cm) dengan diameter kurang karena mereka dapat tersangkut di tenggorokan apabila secara tak sengaja di masukkan ke dalam mulut. Sedangkan untuk mainan yang dioperasikan dengan menggunakan baterai harus memilikiwadah yang menahan dengan sekrup sehingga anak-anak tidak bisa membongkar baterainya sendiri. Baterai dan cairan baterai menimbulkan risiko serius, termasuk tersedak, perdarahan internal, dan luka bakar kimia.

Ketika memeriksa perlengkapan bayi dalam bentuk mainan untuk keselamatan, pastikan mainan yang Anda pilih sangat sulit untuk dipecahkan dan kuat untuk menahan perlakuan bayi yang mungkin terkadang kasar terhadap mainan. Juga, pastikan tidak memilikiujung yang tajam, atau bagian-bagian kecil seperti mata, roda, atau tombol yang dapat ditarik lepas. Dari semua faktor keamanan di atas, bukan berarti bahwa mainan biasa, seperti kuda aman dimainkan tanpa diberikan pengawasan dari orang tua.

Perhatikan pula rekomendasi pabrikan yang biasanya tertera di kemasan jual perlengkapan bayi. Perhatikan rekomendasi penggunaan dan juga cara penggunaannya agar Anda tak menggunakannya secara salah demi keselamatan anak Anda. Perhatikan pula pemberian mainan kepada anak-anak secara hati-hati meski terbilang sepele, seperti jangan pernah memberikan balon atau sarung tangan lateks untuk anak-anak dengan usia di bawah 7 tahun, mereka biasanya secara tak sadar atau tak sengaja meledakkan atau mengunyah balon atau sarung tangan yang mana ini juga bisa berbahaya bagi kesehatan.

Jika Anda juga memiliki anak bayi yang berusia di bawah 2 tahun, maka jangan berikan mainan dengan mekanisme menggunakan mesin atau baterai yang sering kali mengandung bahan-bahan berbahaya dengan ukuran kecil yang dapat mengancam keselamatan si kecil. Maka dari itu, penting sebelum membeli perlengkapan bayi, agar dilihat terlebih dahulu penggunaannya.

Thursday, May 5, 2016

Kenapa Anak Bisa Sulit Bicara?


Dari kata-kata sederhana, kemampuan berbicara dari anak normal akan terus meningkat seiring pertambahan usia. Tapi ada juga anak-anak dengan kemampuan bicara yang cukup lambat. Menurut Dr. Aditya Suryansyah, SpA, beberapa faktor mengapa bicara anak bisa terhambat. Salah satunya adalah kurangnya komunikasi dengan anak.

"Anak-anak yang jarang berbicara atau belajar lebih dari satu bahasa sehari-hari, misalnya, dapat membuat anak bingung. Gunakan bahasa ibu atau bahasa yang digunakan di rumah, jangan terburu-buru untuk mengajar anak-anak untuk bahwa anak-anak mudah untuk memahami dan belajar berbicara, "kata Dr Aditya untuk detikHealth beberapa waktu.

Ia melanjutkan, sebenarnya ada beberapa anak dengan mudah mempelajari beberapa bahasa pada saat yang sama. Namun, sebagian besar bisa lebih membingungkan untuk memahami banyak bahasa. Akibatnya, anak bingung dan cara samar untuk belajar berbicara.

"Penyebab kedua, yang bisa disebabkan kelemahan saraf motorik bicara. Biasanya, pelatihan khusus ini diperlukan dan diharapkan anak akan dapat bicara setelah itu," ujar dokter yang praktik di Harapan Kita RSAB. Sementara itu, faktor ketiga adalah karena ada penyakit seperti retardasi mental atau autis. Dalam hal ini, anak tidak hanya terlambat bicara, tetapi juga akhir kegiatan sosial dan anak-anak mengalami kesulitan berkomunikasi dengan lingkungannya.